Wanita sering kali menarik
perhatian, sehingga tidak ada habisnya diperbincangkan, baik mengenai kecantikannya,
perilakunya, maupun perannya, seakan belum ada pengertian yang menyeluruh
tentang wanita. Fenomena ini sebenarnya sudah ada sejak dulu, khususnya
mengenai makna kecantikan seorang wanita, tetapi tampaknya semakin lama tampak bahwa
makna kecantikan ini semakin terdistorsi oleh aspek-aspek media. Kita dapat
melihat hal ini baik dalam media cetak (koran dan tabloid), televisi (iklan dan
sinetron) maupun internet, semakin lama daya tarik fisik wanita semakin
ditonjolkan. Tubuh dan seksualitas wanita dijadikan alat komoditi untuk tujuan
komersil di mana kapitalisme atas nama globalisasi sangat berperan kuat.
Salah satu media yang banyak
mengeksploitasi wanita adalah media iklan. Wanita
yang ditampilkan dalam iklan sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya
patriarki yang hanya menjadikan perempuan sebagai pendamping pria dari mulai
remaja sampai usia tua. Dalam iklan, perempuan diidentifikasikan dengan
kegiatan masak-memasak, kecantikan, perawatan tubuh, bentuk-bentuk tubuh yang
proporsional, kulit putih, rambut lurus dan panjang. Media, terutama iklan
memang sangat berpengaruh kuat dalam menentukan gambaran dan persepsi mengenai
wanita yang seolah-olah didambakan dalam masyarakat. Banyak iklan yang secara
tidak langsung mendiskreditkan wanita yang dianggap tidak memenuhi kriteria tubuh
ideal wanita dewasa, sehingga kemudian berpengaruh terhadap anggapan yang
semakin berkembang, yaitu bahwa wanita dengan tubuh yang tidak langsing, atau
tidak berkulit putih dan berambut lurus tidak mendapatkan tempat dalam media
iklan dan bukan tipe perempuan ideal yang didambakan laki-laki.
Pada akhirnya, remaja putri pun sering menjadi sasaran, baik sebagai
model maupun target pasar dari iklan produk kecantikan yang ditawarkan. Banyak
model-model iklan yang menampilkan model remaja, hal ini dilakukan untuk
menarik remaja lainnya untuk meniru penampilan model iklan yang sama-sama
berusia remaja. Produk yang ditawarkan pun sengaja dilabelkan seolah-olah khusus
untuk remaja yang aktif, cantik, dan trendy. Sebagai target pasar, remaja
sangat potensial sebagai konsumen, karena dalam usia remaja, perasaan selalu
ingin tampil menarik lawan jenis (masa pubertas) sangat mendominasi
kepribadiannya. Sehingga remaja putri, berlomba-lomba membeli produk yang
ditawarkan untuk tampil cantik dan menarik ala model, untuk menunjukkan
eksistensinya didepan remaja pria.
Selengkapnya mengenai pembahasan makalah ini bisa kawan DOWNLOAD Disini
No comments:
Post a Comment