Berdasarkan
catatan sejarah, kegiatan surat menyurat di Indonesia telah dimulai jauh
sebelum kedatangan bangsa Eropa. Yakni pada masa kerajaan Kutai, Tarumanegara,
Pajajaran, Majapahit, Sriwijaya dan Mataram, walaupun hanya terbatas pada
hubungan antarpara raja. Bentuknya masih sangat sederhana, menggunakan kulit
kayu, potongan bambu, daun lontar, dan kulit binatang.
Kegiatan
pos semakin lancar, setelah pembuatan Jalan Raya Pos (de Grote Postweg) dari
Anyer sampai Panarukan sepanjang 1000 km pada 1809 atas perintah gubernur
jenderal Herman William Daendels. Menyebabkan waktu tempu pos dari Jawa Barat
ke Jawa Timur yang sebelumnya memakan waktu 40 hari, diperpendek jadi enam
hari.
Perangko
pertama di dunia diterbitkan di Inggris (1840) dengan nama Penny Black, yang
membuka zaman baru dalam bidang pertarifan pos. Belanda, saat menjajah
Indonesia, mengikuti pula jejak Inggris. Pada 1852, diterbitkan perangko
Belanda pertama, bergambar Raja Willem III. Sementara di jajahannya Hindia
Belanda, perangko digunakan pertama kali pada 1865. Cetaknya di Belanda
sebanyak dua juta lembar.
Sampai
awal abad ke-20 ada yang disebut hari pos. Saat hari tibanya kapal dari
Belanda. Warga Belanda sangat menantikan kedatangan surat-surat dari negeri
leluhurnya. Kemudian pos pun berkembang pesat, ketika dimulainya era pesawat
udara. Dan kantor pos merupakan salah satu tempat paling sibuk ketika itu.
Meskipun
pemerintah kolonial Belanda menyediakan banyak kotak pos (brievenbus) di
Batavia dan kota-kota lainnya, tapi banyak yang datang ke kantor-kantor pos
agar surat-surat lebih cepat sampai ke tujuan. Sementara Belanda banyak
menyediakan kotak pos (brievenbus) yang dipasang di jalan-jalan raya. Maksudnya
supaya orang tidak perlu mendatangi kantor pos, cukup menitipkan surat ke kotak
pos. Untuk kemudian surat-surat dikeluarkan dari kotak dan diangkut ke kantor
pos.
Selengkapnya mengenai pembahasan makalah ini bisa kawan DDOWNLOAD Disini
No comments:
Post a Comment