Tawuran yang terjadi belakangan ini terus menyisakan
perih dan tanda tanya besar bagi negeri ini, kenapa tawuran harus terjadi lagi
dan lagi, seakan tak ada yang peduli untuk berpartisipasi menyelesaikan masalah
lama yang kini menghangat kembali untuk dibahas karena telah terlalu banyak
meminta korban. Menarik memang jika dikaji lebih mendalam, mengingat banyaknya
pihak yang harus berperan aktif sebagai kontrol sosial agar masalah lama ini tidak
berulang lagi. Peran keluarga, sekolah, pihak berwenang dan yang terpenting
adalah peran aktif masyarakat yang berada diarea dimana tawuran itu terjadi
akan berpengaruh besar terhadap aksi anarkis tersebut kedepannya.
Makin maraknya geng-geng yang dibentuk, membuat tawuran
juga semakin marak terjadi, karena pada dasarnya masalah pelajar sebagai
generasi muda pada umumnya ditandai oleh keinginan untuk melawan dan bersikap
apatis. Perilaku anarki yang kerap kali dipertontonkan ditengah-tengah
masyarakat. Mereka sudah tidak peduli lagi jika perbuatan yang mereka lakukan tersebut
sangat tidak terpuji dan bisa mengganggu ketenangan masyarakat. Sebaliknya
mereka merasa bangga jika ditakuti oleh orang-orang atau lawan disekitarnya.
Biasanya permusuhan antar sekolah dimulai dari masalah yang sangat sepele.
Namun remaja yang masih labil tingkat emosinya justru menanggapinya sebagi
sebuah tantangan.
Jika menilik duduk perkara mengenai tawuran yang melibatkan
pelajar, termasuk juga tawuran yang baru-baru ini terjadi seperti tawuran
antara SMAN 70 dan SMAN 6 Jakarta yang menewaskan seorang pelajar, seolah-olah mengindikasikan bahwa tawuran menjadi pemecah
solusi yang sangat efektif dari setiap permasalahan yang mereka hadapi. Lalu
pertanyaannya, apakah harus demikian? Segala fenomena yang ada di alam ini sebenarnya
bisa dicegah agar tidak terjadi, walaupun terjadi setidaknya kemungkinan yang
ditimbulkan bisa diminimalisir.
Selengkapnya dengan pembahasan makalah ini bisa kawan DOWNLOAD disini
Semoga bermanfaat..........jangan lupa komentarnya yaa..
No comments:
Post a Comment